BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan mengalami perubahan
mendasar dalam memasuki abad 21 ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari
perubahan kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih
berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis
terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi saat ini (Kuntoro, 2010).
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional bersifat humanistis menggunakan
pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional
keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Profesionalisasi
keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi yang telah terbentuk
mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan
profesi dan kebutuhan masyarakat (Nursalam, 2011).
Pelayanan asuhan
keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu tuntutan bagi organisasi
pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan pada saat ini melibatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku dari para praktisi, pasien, keluarga dan
dokter. Saat mendefinisikan kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan
nilai-nilai dasar keyakinan para perawat serta cara mengorganisasikan asuhan
keperawatan tersebut. Latar belakang dalam pemberian tugas dalam mutu asuhan
keperawatan yang berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda
dengan keperawatan yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode
keperawatan hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya interpersonal dan
kontekstual yang berkaitan dengan mutu asuhan.
SP2KP
adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan
pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional ) dimana dalam
SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat
asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. Pada aspek proses ditetapkan
penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan
metode keperawatan primer).
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan
umum
Mahasiswa
mampu mengerti tentang “Sistem pemberian
pelayanan keperawatan profesional (SP2KP)’’.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mahasiswa mampu memahami pengertian Sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional (SP2KP),
b.
Mahasiswa mengetahui aplikasi nilai-nilai profesional
dalam praktik,
c.
Mahasiswa mampu mengetahui dan mampu menjelaskan tentang
manajemen dan pemberian asuhan keperawatan,
d.
Mahasiswa mampu memahami pengembangan profesional diri.
C.
Metode
Penulisan
Metode penulisan yang digunakan
dalam penyusunan makalah ini adalah menggunakan metode kepustakaan. Dalam
metode ini para penyusun membaca buku-buku yang berhubungan dengan makalah ini.
Makalah
ini disusun secara sistematika yang terdiri dari tiga bab yaitu :
Bab I : Berisi tentang Pendahuluan, yang berisi tentang
latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Berisi
Tinjauan Teoritis, yang berisi tentang pengertian Sistem
pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP), aplikasi nilai-nilai
profesional dalam praktik, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan, dan
pengembangan profesional diri.
Bab III : Berisi Penutup, yang berisi tentang kesimpulan
dan saran-saran. Pada bagian akhir makalah ini penulis cantumkan juga daftar
pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
(sp2kp)
1. Pengertian SP2KP Dan MPKP
SP2KP adalah sistem pemberian
pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model
Praktek Keperawatan Profesional) dimana
dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan
perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
Model Pelayanan Keperawatan
Profesional (MPKP) diartikan sebagai suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menopang
pemberian asuhan keperawatan tersebut.
Model pelayanan
keperawatan profesional merupakan suatu model yang memberi kesempatan kepada
perawat profesional untuk menerapkan otonominya dalam mendesain, melaksanakan
dan mengevaluasi pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Model
PKP terdiri lima subsistem yaitu: nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model MKP, hubungan
antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen
terutama dalam perubahan pengambilan keputusan, system kompensasi dan
penghargaan (Hoffart & Woods, 1996, dalam Sudarsono, 2000).
2. Jenis model praktek keperawatan profesional
Menurut Sudarsono (2000), berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP
dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu
model PKP yang disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP). Ada beberapa jenis model PKP
yaitu:
a.
Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset
dan membimbing para perawat melakukan riset sera memanfaatkan hasil-hasil riset
dalam memberikan asuhan keperawatan.
b.
Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat
II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis
berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat
primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan
hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang
untuk 10 perawat primer (1:10).
c.
Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan
penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan
Profesional Pemula
Model Praktek
Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal untuk menuju model
PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula.
Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.
3.
Aplikasi nilai-nilai profesional
dalam praktik
Peningkatan
pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan atau kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi
keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi
pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan
komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi.Sikap etis
profesional yang kokoh dari setiap perawat atau bidan akan tercermin dalam
setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam
merespon situasi yang muncul. MPKP merupakan model praktek keperawatan profesional yang mewujudkan
nilai-nilai profesional. Nilai-nilai profesional yang diterapkan pada MPKP
adalah:
a.
Pendekatan Manajemen ( Management
Approach )
b.
Penghargaan karir ( compensatory
rewards )
c.
Hubungan Profesional ( professional
relationship)
d.
Sistem pemberian asuhan pasien ( patient
care delivery system ).
a. Pendekatan
manajemen (Management Approach)
Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan )
merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam
mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Pendekatan manajemen yang
digunakan dalam pengelolaan keperawatan diruang MPKP meliputi fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan serta pengendalian.
1. Fungsi
Perencanaan
Perencanaan merupakan rincian kegiatan tentang apa, bagaimana masing-masing
dan dimana kegiatan akan dilaksanakan. Perencanaan diruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan
seluruh perawat ruang MPKP mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim/perawat pelaksana. Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di
ruang MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. Perencanaan yang
diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan.
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana
aktifitas pada tiap shift oleh perawat
asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan.
1) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana akan membuat
rencana yang ditujukan pada tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya.
2) Rencana harian ketua tim
Isi rencana harian ketua tim adalah
penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya, melakukan supervisi
perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung dan tidak langsung,
serta on the job trainning yang
dirancang, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya yang merawat
pasien dalam timnya. Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi
hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan
sore dan malam.
3) Rencana harian kepala ruangan
Isi kegiatan harian kepala
ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di
ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang
berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai
hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhab tersebut.
Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber
utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua
tim di ruangan.
b.
Rencana Bulanan
Ketua tim dan kepala ruangan
membuat rencana bulanan berhubungan dengan peningkatan asuhan keperawatan dan
pelayanan keperawatan.
1) Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Setiap akhir bulan kepala ruangan
melakukan evaluasi hasil ke empat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil
evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam
rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi perencanaan, kepala ruangan
membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang dibuat oleh ketua tim dan
perawat pelaksana.
2) Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua im
melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan didalam tim nya
yaitu askep dan kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat
rencana tindak lanjut untuk perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat
laporan evaluasi rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat pelaksana dan melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan
perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi langsung.
2. Pengorganisasian
a. Pengorganisasian tenaga
Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode
penugasan tim dan SDM perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode
penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi
dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim
8-10 orang, dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat
struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien.
b. Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan
berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan
tingkat ketergantungan klien :
1) Perawatan Total: klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam,
2) Perawatan Parsial : klien
memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam,
3) Perawatan Mandiri: klien memerlukan
2 jam perawatan langsung per 24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi
pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut :
1) Kategori I : Perawatan
mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat
dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional,
pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan
pengobatan biasanya ringan dan sederhana.
2) Kategori II : Perawatan
sedang/partial/intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur
posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan
diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang.
Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin
reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus ].
Pasien
memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10
menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60
menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi.
3) Kategori III : Perawatan
total/intensive care
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri,
semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi
terus menerus.
3. Pengarahan
Pengarahan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program motivasi,
manajemen konflik, dan supervisi. Program motivasi dimulai dengan membudayakan
cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian
(reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam
mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk focus pada potensi
masing-masing anggota.
Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang
berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan banti balutan, maka
katm mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar
kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat,
yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan
tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan
tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan.
Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih
berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau
tindakan. Di ruang
rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat
pelaksana.
4. Fungsi
Pengendalian
Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas
atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi
keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada
proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu
kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Kepala
ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang
dilakukan. Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau
yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan.
b. Penghargaan karir (Compensatory Rewards)
Keperawatan merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak
untuk melakukan praktek profesionalnya pada pasien di berbagai tatanan
khususnya pada pasien yang dirawat di rumah sakit serta memberikan asuhan 24
jam terus menerus. Untuk sejumlah pasien diperlukan sejumlah perawat karena
perawat senantiasa ada di antara pasien, berbeda dengan profesi kesehatan lain
yang memerlukan waktu sesaat dan tidak terus menerus sehinggajumlah mereka
tidak sebanyak perawat.Untuk itu, kemampuan perawat melakukan praktek
keperawatan professional perlu dipertahankan, dikembangkan dan ditingkatkan
melalui manajemen SDM/kinerja perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan
iptek keperawatan.
Untuk
MPKP pemula, diharapkan karu dan katim mempunyai latar belakang pendidikan
minimal DIII Keperawatan serta seluruh perawat pelaksana minimal DIII.
1.
Orientasi
kerja
Semua
perawat yang bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi berupa
pemberian informasi tentang budaya kerja MPKP dan orientasi di ruang rawat
MPKP. Selama masa orientasi dievaluasi kinerja dalam melaksanakan budaya kerja
MPKP.
2. Pendidikan Keperawatan
Berkelanjutan (PKB)
Pendidikan
keperawatan berkelanjutan dapat berupa pendidikan formal yaitu peningkatan
pendidikan dari SPK ke DIII keperawatan, DIII Keperawatan ke S1 Ners
Keperawatan, atau S1 Ners ke S2 Keperawatan dan seterusnya. Selain itu dapat
dilakukan pendidikan informal secara on
the job training yaitu
pelatihan/bimbingan secara terus menerus sambil bekerja, misal perawat
pelaksana dapat meningkatkan kompetensinya dengan bimbingan katim, dapat
meningkatkan kemampuan manajenal katim dengan bimbingan kepala ruangan. Out the job training yaitu pelatihan
yang diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu, misalnya pelatihan 4 hari atau
lebih. Perawat harus
meninggalkan pekerjaannya sementara. Pelatihan yang diikuti akan dirancang
sesuai dengan pengembangan kemampuan yang terkait.
3. Pengembangan Jenjang Karir
Perawat
Pengembangan
jenjang karir adalah pengembangan peran dan tanggung jawab. Seorang perawat
yang telah sukses di ruang MPKP merupakan asset keperawatan untuk pengembangan
MPKP di ruang rawat lain, artinya menjadi pembaharu. Ia dapat pula berperan
sebagai narasumber bagi rumah sakit lain yang ingin mengembangkan MPKP.
Demikian juga perawat asosiet dapat berkembang menjadi perawat primer dan
perawat primer menjadi karu.
c. Hubungan
Profesional ( Profesional Relationship)
Hubungan pnofesional antara anggota tim keperawatan dan
profesi dokter memberi suasana ilmiah dan profesional di ruang MPKP. Untuk itu
direncanakan kegiatan yang akan memberi kesempatan bagi tenaga kesehatan
berbagi pendapat dan pengalaman, baik dalam pelayanan maupun asuhan pada pasien
dan keluarga. Interaksi antara profesi diselenggarakan berupa:
1.
Hubungan profesional antar perawat
a.
Operan, yaitu komunikasi dan serah terima antara shift
pagi, sore dan malam. Operan dari malam ke pagi dan dari pagi ke sore dipimpin
oleh katim, sedangkan openan dan sore ke malam dipimpin oleh penanggungjawab
shift sore.
b. Konfenensi awal (pre
conference) yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim.
Jika yang berdinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana
dan katim atau PJ tim. Pre conference
dipimpin oleh katim atau PJ tim.
c. Konferensi akhir (post
conference) yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan
keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau
PJ tim.
d. Studi kasus dapat dilakukan pada
tingkat tim atau ruangan pada kasus pasien baru, pasien yang tidak berkembang,
pasien yang meninggal, pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.
e. Rapat keperawatan dapat dilakukan
satu bulan sekali untuk mengevaluasi hasil kerja secara keseluruhan membagi
informasi, peraturan/perkembangan IPTEK yang dipimpin oleh katim.
f. Pendelegasian tugas yang jelas
diberikan kepada perawat yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Kepala
ruangan dapat mendelegasikan tugas kepada katim, demikian pula katim dapat
mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana.
2.
Hubungan profesional antara perawat dan dokter
a. Kolaborasi antara katim dan dokter
Katim
bertanggungjawab berkolaborasi dengan dokter yang merawat pasien yang ada di
timnya. Jika katim tidak dinas/tidak di tempat, maka ia harus mendelegasikan kolaborasi
dengan dokter kepda perawat yang merawat pasien yang bersangkutan. Sesuai
dengan pengorganisasian perawat, maka dokter, fisioterapis dan ahli gizi dapat
berdialog dengan perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien tertentu.
Hubugan kemitraan dapat ditumbuhkan sehingga iklim kerja yang saling menghargai
dapat tencipta.
b. Instruksi dokter melalui telpon
dibuatkan pedomannya. Misalnya perlu ada saksi penerima telpon dan 1x24 jam
kemudian dokter harus mengganti instruksi lisan menjadi instruksi tertulis.
c. Studi kasus multidisiplin, yaitu
membahas kasus bersama-sama tim terkait. Misalnya setiap pasien baru dibahas
bersama tindakan dan berbagai pihak untuk kepentingan pasien. Hal ini perlu
agar terlaksana asuhan terpadu dan holistik.
d. Rapat ruang rawat, bersama
seluruh petugas kesehatan yang bekerja di ruangan tersebut untuk membahas hasil
total pelayanan kesehatan ruang rawat.
4.
Manajemen Dan Pemberian Asuhan
Keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan dibagi dua yaitu
manajemen asuhan keperawatan untuk pasien dan pendidikan kesehatan bagi
keluarga.
1. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan
terkait erat dengan metode penugasan perawat. Perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Formulir pengkajian
disediakan sama dengan yang digunakan pada ruang rawat lain di RS. Perawat
primer/katim bertanggung jawab melakukan pengkajian dan menetapkan masalah dan
diagnosa keperawatan.
Kemampuan pengkajian, penetapan masalah, dan tindakan yang tepat merupakan
kemampuan intelektual. Implementasi tindakan keperawatan akan dilakukan oleh
perawat pelaksana yang ditetapkan sesuai dengan daftar pasien.
Pendokumentasian juga dilakukan oleh
yang melakukan tindakan. Kemampuan melaksanakan tindakan keperawatan merupakan
kemampuan yang harus dilatih agar mencapai tujuan sesuai dengan masalah
keperawatan yang dialami pasien. Kemampuan ini harus disupervisi dan didokumentasikan oleh katim dalam
rangka penilaian kinerjanya.
3.
Pendidikan kesehatan bagi keluarga
Pendidikan kesehatan bagi
keluarga pasien merupakan paket asuhan keperawatan yang tidak dapat dipisahkan
dan asuhan keperawatan pada pasien. Sejak keluarga mengantarkan pasien untuk
dirawat di rumah sakit dan keluarga setuju dirawat di ruang MPKP maka keluarga
merupakan bagian dan sistem pemberian asuhan keperawatan pasien.
Program pendidikan kesehatan
disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh pasien. Perawat memberikan
pendidikan kesehatan tentang penyakit masalah yang dialami, tanda dan gejalanya, tindakan yang dapat keluarga
lakukan dan follow up yang perlu
dilakukan di rumah.
5.
Pengembangan Profesional Diri
Pelayanan
keperawatan di masa mendatang harus dapat memberikan consumer minded terhadap
pelayanan yang diterima. Hal ini didasarkan pada tren perubahan saat ini dan
persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, perawat dapat mendefinisikan,
mengimplementasikan, dan mengukur perbedaan bahwa praktik keperawatan harus
dapat dijadikan sebagai indikator agar kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang profesional di masa depan terpenuhi. Sementara kualitas layanan
keperawatan pada masa mendatang belum jelas, peran perawat harus dapat
menunjukkan dampak yang positif terhadap sistem pelayanan kesehatan. Ada 4 hal
yang harus dijadikan perhatian utama keperawatan di Indonesia:
1)
Definisi
peran perawat,
2)
Komitmen
terhadap identitas keperawatan,
3)
Perhatian
terhadap perubahan dan tren pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
4)
Komitmen
dalam memenuhi tuntutan tantangan sistem pelayanan kesehatan melalui upaya yang
kreatif dan inovatif (Nursalam, 2001).
Menurut
Nursalam (2001), peran perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan
perkembangan iptek dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sehingga perawat dituntut
mampu menjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan. Sebagai
perawat profesional, maka peran yang diemban adalah CARE yang meliputi:
Keterangan:
C =
Communication
Ciri
khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan pelayanan keperawatan
harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, cepat. Artinya setiap
melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan teman sejawat dan tenaga
kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung suatu
fakta yang memadai. Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu
berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan
untuk mengantisipasi terjadinya persaingan/pasar bebas pada abad ke-21 ini.
A =
Activity
Prinsip
melakukan aktivitas/pemberian asuhan keperawatan harus dapat bekerja sama
dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim medis sebagai
mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien. Aktivitas tersebut harus
ditunjang dengan menunjukkan kesungguhan dan sikap empati dan bertanggung jawab
terhadap setiap tugas yang diemban. Hal ini diperlukan pada saat ini dan masa
yang akan datang dalam upaya mewujudkan jati diri perawat dan menghilangkan masa
lalu keperawatan yang hanya bekerja seperti robot dan berada pada posisi inferior
dari tim kesehatan lainnya. Yang penting diantisipasi di masa depan adalah
ketika memberikan asuhan harus berdasarkan ilmu yang dapat/tepat diaplikasikan
di institusi tempatnya bekerja.
R =
Review
Prinsip
utama dalam melaksanakan peran tersebut adalah moral dan etik keperawatan.
Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat harus selalu
berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada
serta ilmu keperawatan. Hal ini penting guna menghindarkan kesalahan-kesalahan
yang dapat berakibat fatal terhadap konsumen dan eksistensi profesi keperawatan
yang sedang mencari identitas diri. Dalam melaksanakan peran profesionalnya,
perawat harus menerapkan prinsip-prinsip etik yang meliputi: (1) Justice:
keadilan, 2) Autonomy: asas menghormati autonomi, 3) beneficience (asas
manfaat) dan non-maleficiency, 4) Veracity: asas kejujuran, 5) confidentiality;
asas kerahasiaan. Untuk menghindari kesalahan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, maka perlu diterapkan tindakan keperawatan dengan
prinsip “CWIPAT”–Check the order,Wash your hands, Identitify
the clients, Provide savety and privacy, Assess the problem; and
Teach or Tell the clients (Nursalam, 2001).
E =
Education
Dalam
upaya meningkatkan kualitas layanan keperawatan di masa depan, perawat harus
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan secara kontinu menambah
ilmu melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu keahlian tertentu.
Sedangkan karakteristik “Nurse
Millenium” yang diharapkan adalah:
Keterangan:
C =
Career
Di
masa depan, perawat dalam memberikan asuhan kepada klien, harus mempunyai dasar
pendidikan dan keahlian yang memadai. Keahlian dan dasar pendidikan yang tinggi
merupakan indikator jaminan kualitas layanan kepada konsumen dan menghindarkan
dari kesalahan-kesalahan yang fatal.
Perawat
juga dituntut untuk menguasai tentang konsep manajemen secara keseluruhan,
khususnya manajemen keperawatan. Di masa depan, bukanlah sesuatu yang aneh
apabila seorang perawat menduduki jabatan sebagai “top manager” di
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk mencapai karier tersebut, maka
perawat harus terus bekerja keras.
A = Activity
Perawat
harus memahami tentang semua tindakan yang dia lakukan, baik dari segi keilmuan
maupun etik dan moral keperawatan. Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan
akan pelaksanaan pelayanan keperawatan yang profesional.
R = Role
Dalam
melaksanakan perannya di masa depan, perawat dituntut mampu bekerja sama dengan
profesi lain. Perawat harus dapat membedakan peran yang dimaksudkan.
E = Enhancement
Prinsip
utama pelayanan keperawatan adalah pengembangan diri secara terus menerus
seiring dengan perkembangan zaman yang dinamis dan selalu berubah setiap saat.
Perawat dituntut untuk menunjukkan independensi dalam memberikan asuhan dan tumbuhnya
rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini bisa ditempuh dengan mempersiapkan dan
membekali diri yang baik mulai dari sekarang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
SP2KP adalah sistem pemberian
pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model
Praktek Keperawatan Profesional) dimana
dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan
perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional bersifat humanistis menggunakan
pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional
keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi yang telah
terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan
tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat (Nursalam, 2011). Sistem
pemberian asuhan keperawatan dibagi dua yaitu manajemen asuhan keperawatan
untuk pasien dan pendidikan kesehatan bagi keluarga.
B.
Saran
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca pada umumnya. Dan penulis
juga menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar