Selasa, 19 November 2013

SISTEM PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(SP2KP)


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad 21 ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari perubahan kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini (Kuntoro, 2010).
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional bersifat humanistis menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat (Nursalam, 2011).

Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan pada saat ini melibatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dari para praktisi, pasien, keluarga dan dokter. Saat mendefinisikan kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan nilai-nilai dasar keyakinan para perawat serta cara mengorganisasikan asuhan keperawatan tersebut. Latar belakang dalam pemberian tugas dalam mutu asuhan keperawatan yang berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawatan yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode keperawatan hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya interpersonal dan kontekstual yang berkaitan dengan mutu asuhan.
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional ) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer).
B.     Tujuan Penulisan
1.   Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti tentang Sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP)’’.
2.    Tujuan Khusus
a.   Mahasiswa mampu memahami pengertian Sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP),
b.   Mahasiswa mengetahui aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik,
c.   Mahasiswa mampu mengetahui dan mampu menjelaskan tentang manajemen dan pemberian asuhan keperawatan,
d.   Mahasiswa mampu memahami pengembangan profesional diri.
C.     Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah menggunakan metode kepustakaan. Dalam metode ini para penyusun membaca buku-buku yang berhubungan dengan makalah ini.
D.     Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematika yang terdiri dari tiga bab yaitu :
Bab I    : Berisi tentang Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II  : Berisi Tinjauan Teoritis, yang berisi  tentang pengertian Sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP), aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan, dan pengembangan profesional diri.
Bab III  : Berisi Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian akhir makalah ini penulis cantumkan juga daftar pustaka.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.   Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (sp2kp)
1.   Pengertian SP2KP Dan MPKP
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
Model Pelayanan Keperawatan Profesional (MPKP) diartikan sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.
Model pelayanan keperawatan profesional merupakan suatu model yang memberi kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan otonominya dalam mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Model PKP terdiri lima subsistem yaitu: nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model MKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan, system kompensasi dan penghargaan (Hoffart & Woods, 1996, dalam Sudarsono, 2000).
2.    Jenis model praktek keperawatan profesional
Menurut Sudarsono (2000), berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP yang disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP). Ada beberapa jenis model PKP yaitu:
a.   Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset sera memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.

b.   Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10).

c.   Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.

d.   Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.
3.    Aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik

Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan atau kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi.Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat atau bidan akan tercermin dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. MPKP merupakan model praktek keperawatan profesional yang mewujudkan nilai-nilai profesional. Nilai-nilai profesional yang diterapkan pada MPKP adalah:
a.   Pendekatan Manajemen ( Management Approach )
b.   Penghargaan karir ( compensatory rewards )
c.   Hubungan Profesional ( professional relationship)
d.   Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system ).

a.   Pendekatan manajemen (Management Approach)
Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan ) merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Pendekatan manajemen yang digunakan dalam pengelolaan keperawatan diruang MPKP meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan serta pengendalian.
1.   Fungsi Perencanaan

Perencanaan merupakan rincian kegiatan tentang apa, bagaimana masing-masing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan. Perencanaan diruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh perawat ruang MPKP mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat pelaksana. Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. Perencanaan yang diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan.

a.   Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift oleh perawat   asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan.
1)  Rencana Harian Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana akan membuat rencana yang ditujukan pada tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya.


2)  Rencana harian ketua tim
     Isi rencana harian ketua tim adalah penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya, melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung dan tidak langsung, serta on the job trainning yang dirancang, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya yang merawat pasien dalam timnya. Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam.

3)  Rencana harian kepala ruangan
Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhab tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim di ruangan.

b.   Rencana Bulanan
Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan dengan peningkatan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan.

1)     Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil ke empat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi perencanaan, kepala ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana.

2)   Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua im melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan didalam tim nya yaitu askep dan kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat rencana tindak lanjut untuk perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat laporan evaluasi rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana dan melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi langsung.

2.   Pengorganisasian
a.      Pengorganisasian tenaga
Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode penugasan tim dan SDM perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang, dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien.
b.    Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
1) Perawatan Total: klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam,
2) Perawatan Parsial  : klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam,
3) Perawatan Mandiri: klien memerlukan  2 jam perawatan langsung per 24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut :
1)  Kategori I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana.

2)  Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care
     Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus ]. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi.

3)  Kategori III : Perawatan total/intensive care
     Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus.
3.   Pengarahan
Pengarahan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program motivasi, manajemen konflik, dan supervisi. Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk focus pada potensi masing-masing anggota.
Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan banti balutan, maka katm mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan.

Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan. Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.

4.   Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan. Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan.

b.   Penghargaan karir (Compensatory Rewards)
Keperawatan merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak untuk melakukan praktek profesionalnya pada pasien di berbagai tatanan khususnya pada pasien yang dirawat di rumah sakit serta memberikan asuhan 24 jam terus menerus. Untuk sejumlah pasien diperlukan sejumlah perawat karena perawat senantiasa ada di antara pasien, berbeda dengan profesi kesehatan lain yang memerlukan waktu sesaat dan tidak terus menerus sehinggajumlah mereka tidak sebanyak perawat.Untuk itu, kemampuan perawat melakukan praktek keperawatan professional perlu dipertahankan, dikembangkan dan ditingkatkan melalui manajemen SDM/kinerja perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan iptek keperawatan.

Untuk MPKP pemula, diharapkan karu dan katim mempunyai latar belakang pendidikan minimal DIII Keperawatan serta seluruh perawat pelaksana minimal DIII.
1.    Orientasi kerja
Semua perawat yang bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi berupa pemberian informasi tentang budaya kerja MPKP dan orientasi di ruang rawat MPKP. Selama masa orientasi dievaluasi kinerja dalam melaksanakan budaya kerja MPKP.
2.    Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB)
Pendidikan keperawatan berkelanjutan dapat berupa pendidikan formal yaitu peningkatan pendidikan dari SPK ke DIII keperawatan, DIII Keperawatan ke S1 Ners Keperawatan, atau S1 Ners ke S2 Keperawatan dan seterusnya. Selain itu dapat dilakukan pendidikan informal secara on the job training yaitu pelatihan/bimbingan secara terus menerus sambil bekerja, misal perawat pelaksana dapat meningkatkan kompetensinya dengan bimbingan katim, dapat meningkatkan kemampuan manajenal katim dengan bimbingan kepala ruangan. Out the job training yaitu pelatihan yang diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu, misalnya pelatihan 4 hari atau lebih. Perawat harus meninggalkan pekerjaannya sementara. Pelatihan yang diikuti akan dirancang sesuai dengan pengembangan kemampuan yang terkait.
3.    Pengembangan Jenjang Karir Perawat
Pengembangan jenjang karir adalah pengembangan peran dan tanggung jawab. Seorang perawat yang telah sukses di ruang MPKP merupakan asset keperawatan untuk pengembangan MPKP di ruang rawat lain, artinya menjadi pembaharu. Ia dapat pula berperan sebagai narasumber bagi rumah sakit lain yang ingin mengembangkan MPKP. Demikian juga perawat asosiet dapat berkembang menjadi perawat primer dan perawat primer menjadi karu.

c.   Hubungan Profesional ( Profesional Relationship)

Hubungan pnofesional antara anggota tim keperawatan dan profesi dokter memberi suasana ilmiah dan profesional di ruang MPKP. Untuk itu direncanakan kegiatan yang akan memberi kesempatan bagi tenaga kesehatan berbagi pendapat dan pengalaman, baik dalam pelayanan maupun asuhan pada pasien dan keluarga. Interaksi antara profesi diselenggarakan berupa:
1.    Hubungan profesional antar perawat
a.    Operan, yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari malam ke pagi dan dari pagi ke sore dipimpin oleh katim, sedangkan openan dan sore ke malam dipimpin oleh penanggungjawab shift sore.

b.    Konfenensi awal (pre conference) yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim. Jika yang berdinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dan katim atau PJ tim. Pre conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.

c.    Konferensi akhir (post conference) yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
d.    Studi kasus dapat dilakukan pada tingkat tim atau ruangan pada kasus pasien baru, pasien yang tidak berkembang, pasien yang meninggal, pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.

e.    Rapat keperawatan dapat dilakukan satu bulan sekali untuk mengevaluasi hasil kerja secara keseluruhan membagi informasi, peraturan/perkembangan IPTEK yang dipimpin oleh katim.

f.     Pendelegasian tugas yang jelas diberikan kepada perawat yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Kepala ruangan dapat mendelegasikan tugas kepada katim, demikian pula katim dapat mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana.


2.    Hubungan profesional antara perawat dan dokter
 a.   Kolaborasi antara katim dan dokter
Katim bertanggungjawab berkolaborasi dengan dokter yang merawat pasien yang ada di timnya. Jika katim tidak dinas/tidak di tempat, maka ia harus mendelegasikan kolaborasi dengan dokter kepda perawat yang merawat pasien yang bersangkutan. Sesuai dengan pengorganisasian perawat, maka dokter, fisioterapis dan ahli gizi dapat berdialog dengan perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien tertentu. Hubugan kemitraan dapat ditumbuhkan sehingga iklim kerja yang saling menghargai dapat tencipta.
b.    Instruksi dokter melalui telpon dibuatkan pedomannya. Misalnya perlu ada saksi penerima telpon dan 1x24 jam kemudian dokter harus mengganti instruksi lisan menjadi instruksi tertulis.

c.    Studi kasus multidisiplin, yaitu membahas kasus bersama-sama tim terkait. Misalnya setiap pasien baru dibahas bersama tindakan dan berbagai pihak untuk kepentingan pasien. Hal ini perlu agar terlaksana asuhan terpadu dan holistik.

d.    Rapat ruang rawat, bersama seluruh petugas kesehatan yang bekerja di ruangan tersebut untuk membahas hasil total pelayanan kesehatan ruang rawat.

4.      Manajemen Dan Pemberian Asuhan Keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan dibagi dua yaitu manajemen asuhan keperawatan untuk pasien dan pendidikan kesehatan bagi keluarga.
1.  Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan terkait erat dengan metode penugasan perawat. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Formulir pengkajian disediakan sama dengan yang digunakan pada ruang rawat lain di RS. Perawat primer/katim bertanggung jawab melakukan pengkajian dan menetapkan masalah dan diagnosa keperawatan.

Kemampuan pengkajian, penetapan masalah, dan tindakan yang tepat merupakan kemampuan intelektual. Implementasi tindakan keperawatan akan dilakukan oleh perawat pelaksana yang ditetapkan sesuai dengan daftar pasien. Pendokumentasian  juga dilakukan oleh yang melakukan tindakan. Kemampuan melaksanakan tindakan keperawatan merupakan kemampuan yang harus dilatih agar mencapai tujuan sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami pasien. Kemampuan ini harus disupervisi dan didokumentasikan oleh katim dalam rangka penilaian kinerjanya.
3.    Pendidikan kesehatan bagi keluarga
Pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien merupakan paket asuhan keperawatan yang tidak dapat dipisahkan dan asuhan keperawatan pada pasien. Sejak keluarga mengantarkan pasien untuk dirawat di rumah sakit dan keluarga setuju dirawat di ruang MPKP maka keluarga merupakan bagian dan sistem pemberian asuhan keperawatan pasien.

Program pendidikan kesehatan disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh pasien. Perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit masalah yang dialami, tanda dan gejalanya, tindakan yang dapat keluarga lakukan dan follow up yang perlu dilakukan di rumah.

5.      Pengembangan Profesional Diri
Pelayanan keperawatan di masa mendatang harus dapat memberikan consumer minded terhadap pelayanan yang diterima. Hal ini didasarkan pada tren perubahan saat ini dan persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, perawat dapat mendefinisikan, mengimplementasikan, dan mengukur perbedaan bahwa praktik keperawatan harus dapat dijadikan sebagai indikator agar kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang profesional di masa depan terpenuhi. Sementara kualitas layanan keperawatan pada masa mendatang belum jelas, peran perawat harus dapat menunjukkan dampak yang positif terhadap sistem pelayanan kesehatan. Ada 4 hal yang harus dijadikan perhatian utama keperawatan di Indonesia:
1)    Definisi peran perawat,
2)    Komitmen terhadap identitas keperawatan,
3)    Perhatian terhadap perubahan dan tren pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
4)    Komitmen dalam memenuhi tuntutan tantangan sistem pelayanan kesehatan melalui upaya yang kreatif dan inovatif (Nursalam, 2001).

Menurut Nursalam (2001), peran perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan perkembangan iptek dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sehingga perawat dituntut mampu menjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan. Sebagai perawat profesional, maka peran yang diemban adalah CARE yang meliputi:

Keterangan:
C = Communication
Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, cepat. Artinya setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung suatu fakta yang memadai. Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan/pasar bebas pada abad ke-21 ini.
A = Activity
Prinsip melakukan aktivitas/pemberian asuhan keperawatan harus dapat bekerja sama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim medis sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien. Aktivitas tersebut harus ditunjang dengan menunjukkan kesungguhan dan sikap empati dan bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diemban. Hal ini diperlukan pada saat ini dan masa yang akan datang dalam upaya mewujudkan jati diri perawat dan menghilangkan masa lalu keperawatan yang hanya bekerja seperti robot dan berada pada posisi inferior dari tim kesehatan lainnya. Yang penting diantisipasi di masa depan adalah ketika memberikan asuhan harus berdasarkan ilmu yang dapat/tepat diaplikasikan di institusi tempatnya bekerja.
R = Review
Prinsip utama dalam melaksanakan peran tersebut adalah moral dan etik keperawatan. Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan. Hal ini penting guna menghindarkan kesalahan-kesalahan yang dapat berakibat fatal terhadap konsumen dan eksistensi profesi keperawatan yang sedang mencari identitas diri. Dalam melaksanakan peran profesionalnya, perawat harus menerapkan prinsip-prinsip etik yang meliputi: (1) Justice: keadilan, 2) Autonomy: asas menghormati autonomi, 3) beneficience (asas manfaat) dan non-maleficiency, 4) Veracity: asas kejujuran, 5) confidentiality; asas kerahasiaan. Untuk menghindari kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, maka perlu diterapkan tindakan keperawatan dengan prinsip “CWIPAT”–Check the order,Wash your hands, Identitify the clients, Provide savety and privacy, Assess the problem; and Teach or Tell the clients (Nursalam, 2001).

E = Education
Dalam upaya meningkatkan kualitas layanan keperawatan di masa depan, perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan secara kontinu menambah ilmu melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu keahlian tertentu.
Sedangkan karakteristik “Nurse Millenium” yang diharapkan adalah:

Keterangan:
C = Career
Di masa depan, perawat dalam memberikan asuhan kepada klien, harus mempunyai dasar pendidikan dan keahlian yang memadai. Keahlian dan dasar pendidikan yang tinggi merupakan indikator jaminan kualitas layanan kepada konsumen dan menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang fatal.
Perawat juga dituntut untuk menguasai tentang konsep manajemen secara keseluruhan, khususnya manajemen keperawatan. Di masa depan, bukanlah sesuatu yang aneh apabila seorang perawat menduduki jabatan sebagai “top manager” di sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk mencapai karier tersebut, maka perawat harus terus bekerja keras.
A = Activity
Perawat harus memahami tentang semua tindakan yang dia lakukan, baik dari segi keilmuan maupun etik dan moral keperawatan. Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan akan pelaksanaan pelayanan keperawatan yang profesional.
R = Role
Dalam melaksanakan perannya di masa depan, perawat dituntut mampu bekerja sama dengan profesi lain. Perawat harus dapat membedakan peran yang dimaksudkan.


E = Enhancement
Prinsip utama pelayanan keperawatan adalah pengembangan diri secara terus menerus seiring dengan perkembangan zaman yang dinamis dan selalu berubah setiap saat. Perawat dituntut untuk menunjukkan independensi dalam memberikan asuhan dan tumbuhnya rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini bisa ditempuh dengan mempersiapkan dan membekali diri yang baik mulai dari sekarang.

































BAB III
PENUTUP



A.   Kesimpulan
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional bersifat humanistis menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat (Nursalam, 2011). Sistem pemberian asuhan keperawatan dibagi dua yaitu manajemen asuhan keperawatan untuk pasien dan pendidikan kesehatan bagi keluarga.

B.   Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar